Leluhur Bulpusan: Hidup Klenik!

4:42:00 PM Unknown 0 Comments

Negeri ini konon sangat ahli dalam menyombongkan diri terutama jika dikaitkan dengan hal-hal klenik. Tengok saja sekarang ini, batu-batu yang terhampar entah di mana saja digosok demi mendapatkan corak seunik mungkin. Padahal semua cuma pareidolia semata.

Tengok juga bagaimana bangsa ini tersuruk-suruk menggali segala yang bisa digali demi menunjukkan pada dunia bahwa bangsa ini adalah pemilik peradaban tertinggi. Sebuah usaha yang sayangnya tidak saja sia-sia hingga saat ini, namun juga tak mampu hindarkan sebagian besar penduduk negeri dari kesulitan membeli bahan makanan pokok.

Jika itu masih kurang, mari kita tengok ribuan orang yang sibuk mencari harta leluhur di tempat-tempat tertentu. Sebuah pelarian yang indah dari buruknya sistem negeri yang sarat korupsi. Bukankah lebih baik termenung merapal mantra daripada pikiran ruwet dengan program pemerintah yang mengawang?

Klenik bukan saja milik rakyat jelata yang terseok-seok menghadapi susahnya kehidupan. Tengok para pejabat kita yang dengan susah payah mengaitkan diri dengan tokoh ternama agar mendapat suara. Rupanya, rupiah yang terhambur mengetuk pintu rumah para pemilih mesti dibungkus dengan sislsilah tak tercela demi memuluskan ambisi.

Maka jangan heran jika Hukum Archimedes yang memudahkan orang mengarungi lautan tidak ditemukan di negeri ini. Sebab, jika seorang abdi di negeri ini mendapat tantangan yang sama dengan Archimedes dari rajanya, niscaya sang abdi akan bertapa, bukan cara yang lain.

Jangan heran juga jika Hukum Gravitasi ditemukan oleh Newton karena konon melihat apel jatuh. Jika salah seorang dari kita menjumpai buah sejenis jatuh di depan kita bisa jadi kita langsung memakannya atau bahkan acuh sahaja. Bukankah segala sesuatu yang terjadi di dunia sudah diatur oleh Yang Mahakuasa semata?

Melihat kleniknya negeri ini, bukan hal yang aneh jika sampai detik ini ada sekelompok orang yang menautkan sejarah desa kami tercinta dengan segala dongeng bidadari dan lelembut lainnya. Bahkan, masih ada yang meyakini dengan segenap hati bahwa perempatan desa adalah tempat bercokolnya emas murni yang tiada tara. 

Lalu, benarkah leluhur kita senaif itu membiarkan bongkahan emas tetap bersemayam di dalam tanah tanpa ada niat menggalinya? Bagiku, leluhur kita sangatlah bijak termasuk dalam memberi nasihat. Bisa saja mereka menasihati kita agar mencari tempat yang strategis karena bisa menghasilkan emas.

Ah, sudahlah bukankah lebih baik kita berdoa saja semoga itu benar-benar terjadi? Toh media yang katanya rasional pun terjatuh dalam dunia klenik dukung sana-sini demi mendapat segepok keuntungan?

Bukankah mereka yang mengaku paling religius sekalipun terjerembab dalam klenik yang nyata? Lihat saja bagaimana mereka berkoar-koar di sosial media ingin mendirikan khilafah namun di dunia nyata menghadapi kades lalim saja hanya bisa diam?

Klenik mana lagi yang kau ingkari?



0 comments: