Aneh bin Ajaib Sikap Gus Mus

9:20:00 AM Unknown 0 Comments

Entah apa yang ada dalam pikiran Cleisthenes si Bapak Demokrasi Athena jika melihat surat pengunduran diri KH. A. Mustofa Bisri atau biasa disapa dengan sebutan Gus Mus dari jabatan yang diberikan oleh anggota AHWA pada Beliau. Di Athena sana dan di hampir seluruh bagian dunia saat ini, sangat jarang orang menolak jabatan yang diberikan. Sebaliknya, hampir semua orang memburu jabatan bahkan dengan taruhan penjara di kemudian hari.

Gus Mus dan NU memang memiliki tradisi unik yang seolah menyindir kebiasaan sebagian besar dari kita. Lihat saja saat hampir semua organisasi patuh pada mekanisme demokrasi satu orang satu suara, NU menggulirkan mekanisme AHWA. Mekanisme ini secara sederhana memilih beberapa kyai mumpuni untuk menentukan pemimpin. 

Tengok pula bagaimana negara memperlakukan peserta pemilukada independen yang jika mengundurkan diri sampai harus dikenai sanksi denda uang. Di NU, orang lurus yang tidak gila jabatan dibebaskan menolak jika memang tak berkenan. Tak ada denda, malah justru menunjukkan kualitas orang tersebut.

Namun, tentu saja perilaku terpuji Gus Mus yang mampu menolak jabatan banyak juga yang nyinyir. Bukan karena tindakannya salah, namun karena kita yang terbiasa berburu jabatan memandangnya sebagai hal yang “nggilani”. 

Sikap nyinyir kepada Gus Mus juga karena kita terbiasa mengotakkan seseorang berdasarkan profesi. Gus Mus yang kyai hanya diperbolehkan oleh kita untuk berkata halal-haram, bukan bersajak atau membuat cerpen. Kita adalah orang-orang yang berpikiran bahwa kyai hanya memiliki tempat di mesjid, bukan di area lain apalagi politik.

Bukan tidak mungkin sikap menolak jabatan ini akan terjadi suatu saat nanti di negara ini. Misalnya saja gegeran pemilu presiden akan minim calon karena tokoh-tokoh yang dicalonkan oleh parpol merasa tak kuasa menahan amanah seberat itu. 

Ah ... semoga tulisan ini bukan bentuk nyinyir kepada sikap mulia Gus Mus.

0 comments: